MAKALAH
BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh:
KELOMPOK
1:
1.
ELVIRA
KHORI ULNI (1300745)
2.
JUNI
ERLINDA PUTRI (1300687)
3.
ISROH
WAHYUNI (1300746)
4.
REVI
HERVITA (1305179)
5.
HIRA
KHAIRUNNISA (14033086)
6.
PANDU
TRI YOANDA (14046042)
Dosen Pembimbing:
Dr.
Hj. Neviyarni, M. S
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSTIAS NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang selalu melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Jenis Layanan Bimbingan dan
Konseling”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Bimbingan
dan Konseling.
Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis
menyadari bahwa apapun hasil karya manusia tidak akan pernah bisa
menandingi kesempurnaan Maha karya Allah SWT. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan tulisan ini, sehingga bermanfaat bagi kita semua, khususnya penulis
pribadi.
Padang, 27 Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR
ISI
ii
I.
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Tujuan 2
II. PEMBAHASAN
3
A. Layanan Bimbingan Kelompok 3
B. Layanan Konseling Kelompok 7
C. Layanan Konsultasi 10
D. Layanan Mediasi 14
E. Layanan Advokasi 15
III. KESIMPULAN DAN SARAN 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Layanan
bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diperuntukkan untuk semua
individu (baik yang mempunyai masalah maupun tidak) yang sedang berkembang.
Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk mengenal,
memahami dirinya dan mengembangkan potensi yang ada dan pada akhirnya dapat
mengaktualisasikan dirinya secara utuh.
Selama ini
masih berkembang bahwa layanan bimbingan dan konseling hanya diperuntukkan pada
individu yang sedang mempunyai masalah, sehingga citra (image) seorang
konselor adalah tempat mengadunya individu yang bermasalah saja. Dan, jika
konselor di sekolah sebutannya adalah “polisi sekolah”, padahal tugas dan wewenang
konselor di sekolah bukan hanya mengurusi secara administrasi saja melainkan
segala aspek dan seharusnya konselor dapat menangani. Pertanyaan berikut, jika
konselor di sekolah hanya diperuntukkan untuk individu bermasalah, bagaimana
individu yang sedang berkembang, apakah tidak membutuhkan bantuan atau
bimbingan dari seorang konselor?
Untuk
menjawab tantangan tersebut, maka para ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling telah mengusahakan agar tugas dan wewenang konselor dapat dirasakan
dan dinikmati oleh banyak orang bukan hanya orang yang membutuhkan saja.
Organisasi bimbingan dan konseling di Indonesia yaitu ABKIN telah mencoba untuk
menjawab hal tersebut. Sehingga eksistensi seorang konselor dapat dilihat dan
disejajarkan dengan profesi-profesi pada bidang yang lain.
Pada masa
sekarang bidang bimbingan dan konseling sudah mulai berkembang baik dari mulai
memahami konsep bimbingan dan konseling, materi layanan yang akan diberikan,
subyek layanan yang masih menjadi wewenang seorang konselor, strategi bimbingan
dan konseling, kompetensi seorang konselor berdasarkan pada Standar Kompetensi
Konselor Indonesia (SKKI) yang dibuat oleh ABKIN, dan evaluasi dari program
bimbingan dan konseling maupun evaluasi untuk seorang konselor.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah jenis layanan bimbingan
kelompok ?
2. Bagaimanakah jenis layanan konseling
kelompok ?
3. Bagaimanakah jenis layanan
konsultasi ?
4. Bagaimanakah jenis layanan mediasi ?
5. Bagaimanakah jenis layanan advokasi
?
C.
Tujuan
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di
atas, maka didapat tujuan penulisan sebagai berikut:
1.
Mengetahui
jenis layanan bimbingan kelompok
2.
Mengetahui
jenis layanan konseling kelompok
3.
Mengetahui
jenis layanan konsultasi
4.
Bagaimanakah
jenis layanan mediasi
5.
Bagaimanakah
jenis layanan advokasi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Layanan Bimbingan Kelompok
Prayitno (1995: 178) mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok
adalah Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan
dinamika kelompok. Artinya, semua peserta dalam kegiatan kelompok saling
berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran, dan
lain-lain sebagainya; apa yang dibicarakan itu semuanya bermanfaat untuk diri
peserta yang bersangkutan sendiri dan untuk peserta lainnya.
Romlah (2001: 3) mendefinisikan bahwa bimbingan kelompok
merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar
dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat,
minat, serta nilai-nilai yang dianutnya dan dilaksanakan dalam situasi
kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencagah timbulnya masalah pada
siswa dan mengembangkan potensi siswa. Sedangkan menurut (Sukardi, 2003: 48)
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan siswa secara
bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama guru
pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai individu
maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
Wibowo (2005: 17) menyatakan bahwa bimbingan kelompok adalah
suatu kegiatan kelompok dimana pimpinan kelompok menyediakan
informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih
sosial atau untuk membantu anggota-anggota kelompok untuk mencapai
tujuan-tujuan bersama.
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok yang
dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok yaitu
adanya interaksi saling mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan, saran, dan
sebagainya, dimana pemimpin kelompok menyediakan informasi-informasi yang
bermanfaat agar dapat membantu individu mencapai perkembangan yang optimal.
Tujuan Bimbingan Kelompok
Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, adalah Menurut amti (1992: 108) bahwa tujuan bimbingan kelompok
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum bimbingan kelompok betujuan
untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok.
Selain itu juga menembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui
berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan
maupun yang menyedihkan. Secara khusus bimbingan kelompok bertujuan untuk:
- Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-temannya.
- Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok
- Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama temanteman dalam kelompok khususnya dan teman di luar kelompok pada umumnya.
- Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.
- Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan oran lain.
- Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial
- Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam hubungannya dengan orang lain.
Tujuan bimbingan kelompok seperti yang dikemukakan oleh
(Prayitno, 1995: 178) adalah:
- Mampu berbicara di depan orang banyak
- Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan lain sebagainya kepada orang banyak
- Belajar menghargai pendapat orang lain,
- Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.
- Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan yang bersifat negatif).
- Dapat bertenggang rasa
- Menjadi akrab satu sama lainnya,
- Membahas masalah atau topik-topik umum yang dirasakan atau menjadi kepentingan bersama
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan
siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber (terutama
guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari baik sebagai
individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat. (Sukardi,
2003: 48). Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan diri untuk
dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima pendapat orang lain,
membina sikap dan perilaku yang normatif serta aspek-aspek positif lainnya yang
pada gilirannya individu dapat mengembangkan potensi diri serta dapat
meningkatkan perilaku komunikasi antarpribadi yang dimiliki.
Fungsi Bimbingan Kelompok
Fungsi dari layanan bimbingan kelompok diantaranya adalah
sebagai berikut :
- Memberi kesempatan yang luas untuk berpendapat dan memberikan tanggapan tentang berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekitar.
- Mempunyai pemahaman yang efektif, objektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal tentang apa yang mereka bicarakan.
- Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan sendiri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok.
- Menyusun progran-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap sesuatu hal yang buruk dan memberikan dukungan terhadap sesuatu hal yang baik.
- Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana apa yang mereka programkan semula.
Asas Bimbingan Kelompok
Asas-asas yang ada dalam layanan bimbingan kelompok
diantaranya adalah sebagai berikut :
- Asas kerahasiaan; Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain
- Asas keterbukaan;Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat,ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan dipikirkannyatanpa adanya rasa malu dan ragu-ragu.
- Asas kesukarelaan;Semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpamalu atau dipaksa oleh teman lain atu pemimpin kelompok
- Asas kenormatifan;Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak bolehbertentangan dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku
Komponen-Komponen Bimbingan Kelompok
Komponen-komponen yang ada dalam layanan bimbingan kelompok
diantaranya terdapat pemimpin kelompok dan anggota kelompok.
a. Pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok memiliki peran penting dalam rangka
membawa para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan
bimbingan kelompok. Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno (1995: 35-36) bahwa
peranan pemimpin kelompok ialah:
- Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok. Campur tang ini meliputi, baik hal-hal yang bersifat isi dari yang dibicarakanmaupun yang mengenai proses kegiatan itu sendiri
- Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok dapat menanyakan suasanan perasaan yang dialami itu.
- Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah yang dimaksudkan itu.
- Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan balik) tentang berbagai hal yang terjadidalam kelompok, baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.
- Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama serta suasana kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok, diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang atau lebih anggota kelompok sehingga ia / mereka itu menderita karenanya.
- Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi tanggung jawab pemimpin kelompok.
b. Anggota kelompok
Kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagian besar juga
didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud
tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok tersebut. Karena dapat
dikatakan bahwa anggota kelompok merupakan badan dan jiwa kelompok tersebut.
Agar dinamika kelompok selalu berkembang, maka peranan yang dimainkan para
anggota kelompok adalah:
- Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antaranggota kelompok.
- Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
- Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
- Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
- Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan kelompok.
- Mampu berkomunikasi secara terbuka.
- Berusaha membantu anggota lain.
- Memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan peranannya.
- Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
B.
Layanan
Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok ialah
suasana yang hidup, yang berdenyut, yang bergerak, yang ditandai dengan adanya
interaksi antar sesama anggota kelompok (Prayitno dalam Vitalis, 2008:63).
Layanan konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi
yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina, dalam
suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor,
dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan
hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik (Winkel dan
Hastuti, 2004:198).
Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan konseling kelompok antara lain (Prayitno dalam
Vitalis, 2008:63):
- Melatih siswa agar berani bicara dihadapan orang banyak
- Melatih siswa dapat bertoleransi dengan temannya
- Mengembangkan bakat dan minat masing-masing
- Mengentaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi kelompok
- Melatih siswa untuk berani melakukan sharing dalam kelompok
Tujuan konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan
sosialisasi siswa, khususnya kemampuan berkomunikasinya. Melalui konseling
kelompok hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan
komunikasi siswa diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga
kemampuan sosialisasi dan berkomunikasi siswa berkembang secara optimal
(Tohirin, 2007:181).
Materi Layanan Konseling Kelompok
Materi
layanan konseling kelompok dapat mencakup hal-hal sebagai berikut (Prayitno
dalam Vitalis, 2008:64):
- Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat, dan penyalurannya
- Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya, pengenalan kekuatan diri dan perkembangannya
- Perencanaan dan aktualisasi diri
- Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima atau menyampaikan gagasan, ide, opini, perilaku, dan hubungan sosial
- Mengembangkan hubungan dengan peer group, baik di sekolah maupun di luar sekolah
- Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar, dan berlatih, serta melatih teknik-teknik penguasaan materi pelajaran
- Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar di Perguruan Tinggi
- Mengembangkan kecenderungan karier yang menjadi pilihannya
- Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan prospek masa depan
- Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.
Teknik Layanan Konseling Kelompok
Terdapat dua teknik layanan konseling kelompok antara lain
(Tohirin, 2007:182):
a) Teknik
Umum (pengembangan dinamika kelompok)
Secara umum, teknik-teknik yang digunakan dalam
penyelenggaraan layanan konseling kelompok mengacu kepada berkembangnya
dinamika kelompok yang diikuti oleh seluruh anggota kelompok untuk mencapai
tujuan layanan. Adapun teknik-teknik tersebut secara garis besar meliputi
antara lain :
- Komunikasi multi arah secara efektif dinamis dan terbuka
- Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi
- Dorongan minimal untuk memantapkan respon aktivitas anggota kelompok
- Penjelasan, pendalaman, dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi, dan pembahasan
- Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki
b)
Teknik Permainan Kelompok
Dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik
permainan baik sebagai sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang
memuat materi pembinaan tertentu. Permainan kelompok yang efektif harus
memenuhi cirri-ciri sebagai berikut :
- Sederhana
- Menggembirakan
- Menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan
- Meningkatkan keakraban
- Diikuti oleh semua anggota kelompok
Fase-fase Proses Konseling Kelompok
Terdapat lima fase proses konseling kelompok (Winkel dan
Hastuti dalam Vitalis, 2008:66):
1. Pembukaan
Diletakkan dasar bagi pengembangan hubungan antar pribadi
(working relationship) yang baik, yang memungkinkan pembicaraan terbuka dan
terarah dalam wawancara konseling. Jika konselor dan konseli bertemu untuk
pertama kali, waktunya akan lebih lama dan isinya akan berbeda dibandingkan
dengan pembukaan saat konseli dan konselor bertemu kembali untuk melanjutkan
wawancara yang telah berlangsung sebelumnya.
2. Penjelasan
masalah
Konselor mempersilahkan atau mengundang konseli untuk
mengungkapkan alam perasaan, alam pikiran kepada konselor secara bebas.
Konselor segera merespon pernyataan perasaan atau pikiran konseli dengan teknik
yang sesuai, memiliki derajat emosional yang tinggi, semakin membuka dirinya.
3. Penggalian
latar belakang masalah
Pada fase penggalian latar belakang masalah ini inisiatif
ada pihak konselor untuk memperoleh gambarn yang jelas, lengkap dan mendalam
tentang masalah konseli. Fase ini disebut dengan analisis kasus, yang dilakukan
menurut sistematika tertentu sesuai dengan pendekatan konseling yang diambil.
Konselor disini mengambil sikap’’ekletik’’, karena sistematika analisis
disesuaikan dengan jenis masalah, taraf perkembangan konseli, dan pengalaman
konselor dalam menetapkan konseling tertentu.
4. Penyelesaian
masalah
Berdasarkan data setelah diadakan analisis kasus, konselor
dan konseli membahas bagaimana persoalan dapat diatasi. Meskipun konseli selama
fase ini harus ikut berfikir, memandang dan mempertimbangkan, peran konselor di
institusi pendidikan dalam mencari penyelesaian permasalahan pada umumnya lebih
besar.
5. Penutup
Mengakhiri proses konseling dapat mengambil bentuk yang agak
formal sehingga konselor dan konseli menyadari bahwa hubungan antar pribadi
telah usai. Oleh karena itu biasanya konselor mengambil inisiatif dalam memulai
fase penutup ini.
C.
Layanan
Konsultasi
Menurut
Prayitno (2004: 1), ”layanan konsultasi adalah layanan konseling oleh konselor
terhadap pelanggan (konsulti) yang memungkinkan konsulti memperoleh wawasan,
pemahaman dan cara yang perlu dilaksanakan untuk menangani masalah pihak
ketiga”. Konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format
tatap muka antara konselor (sebagai konsultan) dengan konsulti. Konsultasi
dapat juga dilakukan terhadap dua orang konsulti atau lebih kalau konsulti-
konsulti itu menghendakinya.
Menurut
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 6) dijelaskan bahwa ”layanan
konsultasi yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam
menangani kondisi dan atau masalah peserta didik”. Dalam program bimbingan di
sekolah, Brow dkk (dalam Marsudi, 2003: 124) menegaskan bahwa ’konsultasi itu
bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang
langsung ditujukan kepada siswa (klien), tetapi secara tidak langsung melayani
siswa melalui bantuan yang diberikan oleh orang lain’.
Layanan
konsultasi juga didefinisikan bantuan dari konselor ke klien dimana konselor
sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak
ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa
dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orangtuanya. Bantuan
yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu menghadapi pihak
ketiga yang dipermasalahkannya.
Ifdil
(2010) Layanan konsultasi adalah bantuan dari konselor ke klien dimana klien
sebagai konsultan dan klien sebagai konsulti, membahas tentang masalah pihak
ketiga. Pihak ketiga yang dibicarakan adalah orang yang merasa
dipertanggungjawabkan konsulti, misalnya anak, murid atau orangtuanya. Bantuan
yang diberikan untuk memandirikan konsulti sehingga ia mampu mengahdapi pihak
ketiga yang dipermasalahkannya. Jika konselor tidak mampu mengatasi masalah
yang dihadapi oleh konsulti maka direferalkan
kepada pihak lain yang lebih pakar. Layanan konsultasi bisa berubah menjadi
konseling perorangan jika permasalahan ternyata disebabkan oleh konsulti.
Konseling keluarga karena berkaitan dengan pihak keluarga.
Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses
penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor
lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi
efektivitas peserta didik atau sekolah. konseling atau psikoterapi sebab
konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada klien, tetapi
secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan yang diberikan orang lain
(Prayitno dalam Ifdil, 2010:1).
Layanan
konsultasi merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor terhadap
klien, sehingga klien memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu
dilaksanakannya dalam menangani kondisi dan /atau permasalahan pihak ketiga.
Konsultasi pada dasarnya dilaksanakan secara perorangan dalam format tatap muka
antara konselor dengan klien. Konsultasi dapat dilakukan terhadap dua orang
klien atau lebih kalau mereka menghendaki (Dewa Ketut Sukardi, 2000:39).
Berdasarkan
pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan konsultasi
adalah merupakan layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor terhadap
klien, sehingga klien memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu
dilaksanakannya dalam menangani kondisi dan /atau permasalahan pihak ketiga,
misalnya anak.
Tujuan Layanan Konsultasi
Tujuan
umum layanan konsultasi yaitu memandirikan konsulti untuk menghadapi
permasalahan pihak ketiga. Tujuan khusus: konsulti memiliki wawasan dan cara
bertindak terhadap permasalahan pihak ketiga (Ifdil, 2010). Sesuai dengan
maksudnya, layanan konsultasi bertujuan untuk membantu siswa dalam menemukan dan
mengembangkan pribadi yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
mantap, tangguh, mandiri, serta sehat jasmani (Aminuddin Najib, 2007:8). Hal
ini sesuai dengan pendapat Prayitno (2007:65) bahwa tujuan umum layanan
konsultasi agar klien dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi dan/
atau permasalahan yang dialami pihak ketiga. Adapun tujuan khusus Layanan
konsultasi adalah agar klien dapat memiliki kemampuan sendiri untuk melakukan
sesuatu terhadap pihak ketiga dan mengentaskan maslaha yang dialami pihak
ketiga (fungsi pemahaman).
Pada
dasarnya setiap kegiatan tidak akan terlepas dari tujuan yang ingin dicapai.
”Tujuan diberikannya bantuan yaitu supaya orang-perorangan atau kelompok orang
yang dilayani menjadi mampu menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara
sadar dan bebas” (Winkel, 2005: 32). Layanan konsultasi merupakan bagian dari
layanan Bimbingan dan Konseling, maka tujuan dari layanan ini sepenuhnya akan
mendukung dari tercapainya tujuan BK.
Menurut
Fullmer dan Bernard (dalam Marsudi, 2003: 124-125) merumuskan tujuan layanan
konsultasi sebagai bagian tujuan bimbingan di sekolah adalah sebagai berikut:
Ø Mengembangkan
dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang tua, dan administrator
sekolah.
Ø Menyempurnakan
komunikasi dengan mengembangkan informasi di antara orang yang penting.
Ø Mengajak
bersama pribadi yang memiliki peranan dan fungsi bermacam-macam untuk
menyempurnakan lingkungan belajar.
Ø Memperluas
layanan dari para ahli.
Ø Memperluas
layanan pendidikan dari guru dan administrator.
Ø Membantu
orang lain bagaimana belajar tentang perilaku.
Ø Menciptakan
suatu lingkungan yang berisi semua componen lingkungan belajar yang baik.
Ø Menggerakkan
organisasi yang mandiri.”
Tujuan
layanan konsultasi sebagaimana dikemukakan oleh Prayitno (2004: 2) adalah:
1.
Tujuan umum
Layanan
konsultasi bertujuan agar konsulti dengan kemampuannya sendiri dapat menangani
kondisi dan atau permasalahan yang dialami pihak ketiga. Dalam hal ini pihak
ketiga mempunyai hubungan yang cukup berarti dengan konsulti, sehingga
permasalahan yang dialami oleh pihak ketiga itu setidaknya sebahagian menjadi
tanggung jawab konsulti.
2.
Tujuan Khusus
Kemampuan
sendiri yang dimaksudkan diatas dapat berupa wawasan, pemahaman dan cara-cara
bertindak yang terkait langsung dengan suasana dan atau permasalahan pihak
terkait itu (fungsi pemahaman). Dengan kemampuan sendiri itu konsulti akan
melakukan sesuatu (sebagai bentuk langsung dari hasil konsultasi) terhadap
pihak ketiga. Dalam kaitan ini, proses konsultasi yang dilakukan konselor di
sisi yang pertama, dan proses pemberian bantuan atau tindakan konsulti terhadap
pihak ketiga pada sisi yang kedua, bermaksud mengentaskan masalah yang dialami
pihak ketiga (fungsi pengentasan).
Demikian
juga Dougherty (dalam Sciarra, 2004: 55) mengungkapkan ’tujuan konsultasi,
yaitu mengatasi masalah dan konsultasi untuk meningkatkan kerja konsulti kepada
konseli yang pada akhirnya mencapai kesejahteraan konseli.
Dari
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan layanan konsultasi
agar klien dengan kemampuannya sendiri dapat menangani kondisi dan/ atau
permasalahan yang dialami pihak ketiga.
D.
Layanan
Mediasi
Layanan Mediasi merupakan layanan
yang memungkinkan fihak-fihak yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan
menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan mereka. Layanan yang
membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan
antarmereka.
Layanan
mediasi, bertujuan agar tercapai kondisi hubungan positif dan kondusif diantara
klien atau pihak-pihak yang bertikai atau bermusuhan. Masalah yang dibahas
dalam layanan ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antar individu
atau kelompok yang bertikai. Masalah yang dimaksud bukanlah maslah kriminal,
maksudnya tidakterlibat dalamkasuscriminalyangmenjadi urusan polisi.
Teknik
yang dilakukan dalam layanan ini adalah mendorong semua peserta untuk aktif
berpartisipasi dalam proseslayanan ini. Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan seperti
yang telah dikemukakan di atas, perlu dilaksanakan berbagai kegiatan pendukung,
mencakup :
a.
Aplikasi
Instrumentasi Data
Merupakan kegiatan untuk
mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, tentang lingkungan
peserta didik dan lingkungan lainnya, yang dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai instrumen, baik tes maupun non tes, dengan tujuan untuk memahami
peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik
lingkungan.
b.
Himpunan
Data
Merupakan kegiatan untuk menghimpun
seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluan pengembangan peserta
didik. Himpunan data diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematik,
komprehensif, terpadu dan sifatnya tertutup.
c.
Konferensi
Kasus
Merupakan kegiatan untuk membahas
permasalahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak
yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan klien. Pertemuan konferensi kasus bersifat terbatas dan tertutup.
Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperoleh keterangan dan membangun
komitmen dari pihak yang terkait dan memiliki pengaruh kuat terhadap klien
dalam rangka pengentasan permasalahan klien.
d.
Kunjungan
Rumah
Merupakan kegiatan untuk memperoleh
data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan
peserta didik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangat
diperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangun komitmen
dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.
e.
Alih
Tangan Kasus
Merupakan kegiatan untuk untuk
memperoleh penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang
dialami klien dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih
kompeten, seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya,
dengan tujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat
dan tuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih
kompeten.
E.
Layanan Advokasi
Advokasi adalah usaha sistimatis secara bertahap (inkremental) dan terorganisir
yang dilakukan oleh kelompok atau organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi
anggota, serta usaha mempengaruhi pembuat kebijakan publik untuk membuat
kebijakan yang berpihak kepada kelompok tersebut, sekaligus mengawal penerapan
kebijakan agar berjalan efektif.
Menurut Kaminski dan Walmsley, advokasi
adalah satu aktivitas yang menunjukkan keunggulan pekerjaan social berbanding
profesi lain. Selain itu, banyak defenisi yang diberikan mengenai advokasi.
Beberapa di antaranya mendefinisikan advokasi adalah adalah suatu tindakan yang
ditujukan untuk mengubah kebijakan, kedudukan atas programdari suatu institusi.
Menurut
Mansour Faqih, advokasi adalah media atau cara yang digunakan dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi lebih merupakan suatu usaha sistematis
dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam
kebijakan publik secara bertahap maju. Sedangk menurut Zastrow, advokasi sebagai aktivitas menolong
klien untuk mencapai layanan ketika mereka ditolak suatu lembaga atau suatu
system layanan, dan mebantu dan memperluas pelayanan agar mencakup lebih banyak
orang yang mebutuhkan.
Jadi dapat
disimpulkan bahwa Layanan Advokasi adalah suatu layanan yang membela hak
seseorang yang tercederai dimana usaha yang dilaksanakan sistimatis secara
bertahap (inkremental) dan terorganisir yang dilakukan oleh kelompok atau
organisasi profesi untuk menyuarakan aspirasi anggota, serta usaha mempengaruhi
pembuat kebijakan publik untuk membuat kebijakan yang berpihak kepada kelompok
tersebut, sekaligus mengawal penerapan kebijakan agar berjalan efektif atau layanan
bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik untuk memperoleh kembali
hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah
sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
Tujuan Layanan Advokasi
Tujuan Umum
Layanan advokasi dalam konseling bermaksud
mengentaskan klien dari suasana yang menghimpit dirinya karena hak – hak yang
hendak di laksanakan terhambat dan terkekang sehingga keberadaan, kehidupan dan
perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan menjadi tidak lancar,
terganggu, atau bahkan terhenti atau terputus
Tujuan Khusus
Tujuan
khusus layanan advokasi adalah membebaskan klien dari cengkraman pihak tertentu
yang membatasi atau bahkan menghapus hak klien dan masalah klien
teratasi. Karena konseling adalah profesi dalam bidang pendidikan, maka
layanan advokasi dalam konseling di lakukan berkenaan dengan hak – hak
klien dalam bidang pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
- Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Konseling
merupakan adaptasi dari aliran psikologi yang memfokuskan perhatiannya pada
tingkah laku yang tampak. Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya
pemberian bantuan dari seorang konselor kepada klien, bantuan di sini dalam
pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang
dipilihnya sendiri. Dalam pandangan kaum behaviorist (termasuk konselor
behavioral) manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dirubah dan dibentuk,
manusia bersifat mekanistik dan fasif. Banyak pendekatan dalam konseling
behavioral, dari keseluruhan pendekatan yang ada semua menjurus pada pendekatan
direktif dimana konselor lebih berperan aktif dalam penangan masalahnya.
- Saran
Dari makalah yang telah dibuat,
penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
membangun dari pembaca sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Mappiare,
Andi. 1993. Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Surabaya:
Usaha Nasional
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Soeparaman.
2003. Bimbingan dan Konseling Pola 17. Yogyakarta: UCY Press.
Tohirin.
2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo.
Winkel dan Sri Hastuti, 2008. Bimbingan dan Konseling Kelompok.
Jakarta : Rineka Cipta
.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus